Sunday, 24 November 2013

CALUNG


Calung merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang terdiri dari deretan tabung bambu yang disusun berurutan dengan tangga nada pentatonik dan dimainkan dengan cara memukul bagian bilah atau tabungnya. Bambu yang dipakai untuk membuat alat musik calung berasal dari jenis awi temen atau awi wulung. Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing. Namun calung yang ada di tempat tinggal penulis adalah calung jinjing, jadi dalam makalah ini penulis akan lebih menekankan pada pembahasan calung jinjing.

Pada awalnya, calung berfungsi sebagai sarana upacara ritual masyarakat sunda. Calung difungsikan sebagai alat pengiring dalam upacara adat seperti mapag sri. Selain sebagai media upacara ritual, calung pun berfungsi sebagai alat hiburan dan seni pertunjukan. Dalam perkembangannya, fungsi calung kini telah bergeser pada fungsi lain, yakni sebagai
seni pertunjukan perpaduan dalam mengkomposisikan tabuhan gending, lagu, guyonan (lawakan) menjadi sebuah garapan musik rakyat yang sangat digemari di seluruh lapisan masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Calung yang hidup dan dikenal masyarakat sekarang adalah calung dalam bentuk penyajian seni pertunjukan, dengan mempergunakan waditra yang disebut calung jingjing. Sebagai seni pertunjukan yang menggunakan instrumen pokok calung, calung telah melahirkan beberapa seniman sebagai contoh kita lihat saja seniman asal Jawa Barat Alm. Hendarso (Darso), yang menunjukkan bakat seninya yang diiringi dengan calung. Sebenarnya, para inohong Sunda sangat bergembira dengan munculnya Darso. Darso telah dianggap mempopulerkan calung sebagai alat musik tradisional sunda. Gaya seni pertunjukan Darso ternyata telah merasuk kepada para penerus musik tradisional sunda.


Calung adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang dimainkan dengan cara memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jika ditelisik lebih jauh lagi, calung menurut Kamus Umum Bahasa Sunda adalah tatabeuhan tina awi guluntungan, aya siga gambang, aya nu ditiir sarta ditakolan bari dijinjing. Dari pengertian tersebut dapat dimaknai bahwa calung adalah sejenis alat musik yang terbuat dari bambu, yang dimainkan dengan cara memukul sembari dijinjing. Calung juga mempunyai pengertian lainnya, yakni seni pertunjukan. Seperti yang telah ditulis di pendahuluan bahwa calung yang berkembang diderah penulis adalah calung jinjing, Calung jinjing berbentuk tabung-tabung bambu yang digabungkan oleh paniir (sebilah bambu kecil). Berbeda dengan calung rantay, calung jinjing dimainkan dengan cara dipukul sembari dijinjing. Calung jinjing berasal dari bentuk dasar calung rantay dibagi menjadi empat bagian bentuk wadrita (alat) yang terpisah, yakni calung kingking, calung panepas,  calung jongrong, dan calung gonggong. Keempat buah alat ini dimainkan oleh empat pemain dan masing-masing memegang calung dalam fungsi berbeda. Diantaranya :
1.       Calung Kingking memiliki 15 bilah bambu dengan urutan nada tertinggi,
2.       Calung Panepas memiliki lima bilah bambu yang dimulai dari nada terendah calung     kingking,
3.       Calung Jongrong sama dengan calung panepas, hanya saja urutan nadanya dimulai dari nada terendah calung panepas,
4.       Calung Gonggong hanya memiliki dua bilah bambu dengan nada terendah.




By : Dudi & Hamzah

No comments:

Post a Comment